Wonosari,(suaragunungkidul.net) — Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) mengadakan tinjauan di Pasar Argosari dalam rangka menyetabilkan harga menjelang Idul Fitri 1446 Hijriah.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Gunungkidul menyoroti, pasar tradisional di Gunungkidul yang tengah menghadapi tantangan besar seiring pesatnya perkembangan perdagangan modern, khususnya melalui bisnis online yang semakin diminati masyarakat.
Fenomena tersebut bukanlah hal baru, melainkan sudah menjadi tren yang terjadi hampir di seluruh Indonesia.
Menurutnya, pasar tradisional yang dulunya menjadi pilihan utama masyarakat kini mulai tergerus oleh kemudahan yang ditawarkan e-commerce.
Dengan platform daring itu, pedagang dapat memasarkan produk tanpa perlu memiliki tempat fisik, cukup dengan mengunggah foto atau video.
“Bisnis online terutama di sektor pakaian dan kebutuhan lainnya memang menjadi ancaman besar bagi pasar tradisional. Produk-produk ini bisa dipasarkan melalui upload foto atau video, memungkinkan pembeli untuk melakukan transaksi tanpa harus datang langsung ke pasar,” kata Endah kepada awak media saat melakukan peninjauan bersama TPID DIY di Pasar Argosari, Wonosari, Gunungkidul, Rabu,12/3/2025.
Tidak hanya di sektor pakaian, pedagang daging ayam juga mulai merasakan dampak serupa.
Endah menyampaikan saat ini, banyak kios yang kosong karena pedagang memilih untuk melayani pelanggan melalui sistem pengantaran langsung ke rumah.
“Kami melihat banyak kios kosong di pasar, terutama yang menjual daging ayam. Pedagang memilih keluar dari kios dan menawarkan layanan pengantaran langsung, yang terbukti lebih diminati pelanggan,” sambungnya.
Endah menekankan pentingnya pemutakhiran fasilitas pasar dan pengenalan teknologi kepada pedagang pasar tradisional.
Dengan begitu ujar Endah, mereka tidak hanya mengandalkan penjualan langsung tetapi dapat memperluas jangkauan pasar mereka.
“Kami berencana untuk memberikan pelatihan kepada pedagang, agar mereka dapat memanfaatkan platform online untuk menjual produk mereka,” ujar Endah lagi.
Endah melihat, saat ini banyak pedagang merasa kesulitan, terutama karena barang yang dijual di pasar tidak selalu sesuai dengan apa yang ada di TikTok atau platform online lainnya.
Barang yang terbaru seringkali sudah dipasarkan secara online sebelum bisa ditemukan di pasar tradisional.
Namun demikian, pasar tradisional masih memiliki keunggulan, yakni melayani segmen pasar yang tidak dapat dijangkau oleh media sosial atau aplikasi online, seperti petani atau kelompok masyarakat marjinal yang lebih memilih berbelanja langsung di pasar.
“Mereka ini punya pasar tersendiri. Kami tidak bisa mengabaikan mereka, karena mereka adalah bagian penting dari ekonomi lokal,” terangnya.
Endah juga menyampaikan perkembangan terkait harga dan ketersediaan bahan pokok menjelang Lebaran.
Menurut Endah saat ini, harga bahan pokok di pasar Gunungkidul relatif stabil meskipun ada beberapa komoditas yang mengalami fluktuasi.
Seperti harga cabai sempat turun signifikan dari Rp 80.000 per kilogram menjadi Rp 50.000. Beberapa barang lain, seperti bumbu dapur dan sayuran, juga terpantau stabil.
Meski begitu, Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Gunungkidul, mengakui adanya fenomena kenaikan harga yang sering terjadi menjelang Lebaran karena permintaan yang meningkat.
“Namun, pemerintah berusaha mengantisipasi ini dengan melakukan operasi pasar dan pasar murah untuk menjaga kestabilan harga,” tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bagian Rekayasa Perekonomian Biro Perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Setprov DIY Eling Priswanto juga memberikan informasi terkait dengan kondisi harga bahan pokok yang dipantau oleh TPID Provinsi DIY.
Harga bahan pokok seperti bawang merah dan cabai menjadi perhatian khusus karena fluktuasi harganya yang cukup tajam.
“Seiring dengan mendekatnya Lebaran, permintaan terhadap bahan-bahan ini meningkat, sehingga mempengaruhi harga. Namun, untuk bahan pokok utama seperti beras, kami telah melakukan koordinasi dengan berbagai kabupaten, termasuk Sleman dan Kulon Progo, dan memastikan pasokan beras aman,” ujar Eling.
Menurut Eling, harga cabai yang sebelumnya sempat melonjak tinggi kini telah turun di kisaran Rp 60.000 – Rp 75.000 per kilogram, yang menunjukkan adanya kestabilan harga di pasar.
“Dengan koordinasi yang baik, kami yakin pasokan bahan pokok akan tetap terjaga dan harga dapat terkendali. Ini adalah langkah konkret untuk menghadapi lonjakan harga yang sering terjadi menjelang Lebaran,”pungkasnya.