Wonosari,(suaragunungkidul.net) — Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul mencatat alokasi pupuk bersubsidi di 2025 mencapai 38.181 ton. Jumlah ini mengalami kenaikan signifikan dibandingkan dengan pagu di 2024 sebanyak 21.139,13 ton.
Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Raharjo Yuwono mengatakan alokasi jatah untuk pupuk bersubsidi di Kabupaten Gunungkidul sudah bisa didapatkan oleh petani. Untuk tahun ini, ada kuota sebanyak 38.181 ton.
Jumlah itu, kata dia, terdiri dari pupuk jenis urea sebanyak 20.920 ton dan NPK atau phonska seberat 17.251 ton dan NPK formula khusus sebanyak 10 ton.
Dia membenarkan bahwa kuota yang disediakan tahun ini meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan pagu di 2024. Tahun lalu, secara total pihaknya mendapatkan alokasi sebanyak 21.139,13 ton. Jumlah ini terdiri dari pupuk Urea 11.311,381 ton, NPK sebanyak 9.819,006 ton dan NPK formula khusus 8,75 ton.
“Jadi kuota pupuk bersubsidi di tahun ini lebih banyak dan kenaikannya hampir dua kali lipat ketimbang pagu yang diberikan di 2024,” ungkapnya.
Penambahan kuota sebagai bentuk komitmen dari pemerintah untuk menjamin ketersediaan pupuk bersubsidi dan terus mengupayakan agar kebutuhan petani tercukupi. Penyuluh pertanian siap membantu melakukan pendampingan terkait dengan penyaluran.
“Kebutuhan pupuk juga sudah disesuaikan dengan rencana definitive kebutuhan kelompok. Siapapun yang masuk dalam e-RDKK, bisa mengakses pupuk bersubsidi,” katanya.
Ketua Taruna Tani Jaka Berek, Marsudi mengatakan, petani juga dapat mengakses pupuk subsidi lebih mudah karena bisa menggunakan KTP. Kelompoknya juga telah mengakses pupuk urea dan NPK sejak 2023.
“Mudah mengaksesnya, bisa pakai KTP tapi KTP tersebut sudah terdaftar di Simhultan [Sistem Informasi Manajemen Penyuluhan Pertanian],” kata Marsudi.
Meski begitu, ia tidak menampik kelompoknya yang mewadahi petani muda juga memiliki kendala dalam menebus pupuk subsidi. Kata dia, kurangnya modal kelompok kadang menjadi salah satu kendalan untuk penebusan.
“Ya kalau petani yang sudah sepuh-sepuh kadang tidak ada pembukuan. Jadi tidak saving budget. Beda kalau skalanya buat usaha,” katanya.